OPINI - Pesan yang diterima dari debat keempat ini jelas menunjukkan bahwa Gibran belum pantas untuk menjadi negarawan pada negara yang besar seperti Indonesia. Sikap arogansi yang masih diperlihatkan, terutama dalam sesi tanya jawab antar Cawapres yang lebih senior dan berpengalaman, menunjukkan bahwa Gibran berada dalam liga yang keliru. Sudah tepat bagi Gibran untuk terus belajar memimpin dengan etika.
Debat Cawapres dibuka dengan penyampaian visi misi oleh Cawapres Paslon 01 Muhaimin Iskandar. Tampilan Muhaimin cukup berbeda kali ini. Terlihat bahwa Muhaimin mengambil pelajaran dari pengalaman debat yang lalu. Muhaimin tampil dengan lebih percaya diri, dengan konten gagasan yang memperlihatkan karakter kepemimpinannya. Artikulasinya jelas dengan penyampaian konsep yang komprehensif. Disini kelihatan visi seorang pemimpin yang pantas untuk Indonesia.
Debat kali ini lebih menguak kualitas setiap Cawapres. Terlihat kematangan Muhaimin maupun Mahfud dalam menjalani proses debat. Kedua Cawapres seolah-olah menjalin "chemistry" untuk mencari solusi bagi negeri ini. Kritik terhadap kebijakan rezim Jokowi jelas dilontarlan oleh kedua Cawapres dalam pembukaan kata mereka. Saling melontarkan kata setuju bagi masing-masing pihak menunjukkan rasa hormat terhadap satu sama lain. Cukup mengasyikkan mengikuti sesi tanya jawab diantara keduanya. Ada secuil aspek edukasi dari "dialog" antara Muhaimin dan Mahfud, yang seharusnya dalam satu debat saling menjatuhkan adalah normanya.
Cerita yang berbeda terbaca dari sosok Gibran. Mengikuti gaya komunikasi Gibran mengingatkan kita pada pertandingan debat semasa di SMA. Cenderung untuk menyerang lawan debat secara pribadi, tanpa menghormati pengalaman serta kemampuan intelektual lawan debatnya. Sebagaimana yang disampaikan, jelas Gibran bermain dalam liga yang jauh diatas kemampuannya. Sikap Gibran yang kurang santun akan menghukum dirinya dalam pesta demokrasi ini.
Debat kali ini merupakan panggung yang mempertontonkan siapa Cawapres unggul diantara mereka. Kekuatan konsep dan visi merupakan tolok ukur utama untuk menentukan keunggulan pemimpin di level negara. Selain itu, kemampuan untuk menjaga sikap menghormati lawan debat serta kesantunan menyampaikan pendapat tidak kalah pentingnya untuk menilai keunggulan para Cawapres.
Muhaimin dan Mahfud hampir mempunyai nilai yang setara dalam sikap dan kesantunan, sementara Gibran mendapat nilai jauh dibawahnya. Untuk konsep dan visi, jelas Muhaimin pemenangnya. Panggung debat yang keempat ini menunjukkan Muhaimin adalah Cawapres yang lebih unggul diantara keduanya. Fakta ini menyimpulkan bahwa Muhaimin memang pantas untuk disandingkan dengan Anies Baswedan sebagai pemimpin negara ini.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies Menguat, Semua Merapat
|
Sentul City, 21 Januari 2024
Dr. Rino A. Sa'danoer
(Sekjen Badan Pemenangan Anies-Muhaimin)